Ada kisah …

Temui Asaku Tentang Cinta

Lanjutan kata yang kau tulis tentang sahabat sungguh buat Aya tercengang.  Saat begitu sibuk dengan urusan rumah, terjadi sedikit pemahaman yang salah. Namun kau menjelaskannya dengan baik. Kata `sahabat` yang kau lontarkan buat Aya kembali merinding. Serasa sejuk damai terguyur hujan    salju yang lembut. Tanpa bertemu denganmu bertahun-tahun, rasa rindu sangat dalam. Sosok yang masih bersama Ayapun telah jauu..h….. tanpa rindu yang dalam, tanpa hasrat yang menggebu. Di kehidupan Aya yang barupun kau sering muncul dalam malam yang lelap. Lelah dalam peristirahatan tidurku terhiasi oleh senyum rapimu. Aya masih berharap agar kau paham aku menginginkanmu sejak dulu. Aya masih menyimpan hal-hal yang lalu. Entah berapa kali aku menulis namamu dalam hidupku.  

Thursday 2, Oct 2003

Ku jauh dengan sosok kasihku yang setengah kucintai. Setahun lebih bersamanya, namun dirimu masih menghiasi malamku. Ada kabar bahwa ayahku bertemu denganmu. Betapa hal itu mengejutkanku. Ooh… betapa bungahnya1 hatiku jika aku di posisi ayah.  

 Tuesday 17, Feb 2004

Tiada yang tau kesedihanku. Kasih yang setengah kucintai memintaku. Hatiku perih luka, karena bukan engkau yangn kuharapkan.  Beribu tanda tanya di benakku. Akankah Aya bahagia dengan engkau?? Aya semakin ingat dirimu yang jadi harapanku.Dhui, apa mungkin kau akan menemuiku? Kuharap kau hanya menannyakan keadaanku saja. 

Monday 3, Nov 2003

Kabar yang menyenangkan dari kekasih yang setengah kucintai ternyata tidak membahagiakanku. Aku tak pernah berfikir serius dengannya.Aya masih punya yang cukup tersimpan rapi di hati. 

 Saturday 6, March 2004

Yaa Rabb, bisakah aku bertahan dengan mimpi-mimpi ini? Dhui kembali menemani tidurku. Dulu … , aku sering bersamanya, buakn berkorban untukya.  yang kudengar indahnya kisahmukutergetar saat kau sebut namanyamengertikah …sungguhnya aku ingin juga dirimumengertilah …tak ingin kahih kudengarkan dia lagi dicintamuaku s`lalu mencoba menunjukkan kasihkutapiku tak yakini kalau kau kan mengertis`gala yang t`lah terjadi harus apa… sampai kapan kuharus menunggudalam suka yang nyata bukan untukku mengertikah..2Berapa kali embun menetes setiasp fajar muncul di masa-masa itu. Disaat aku mengagumimu, Dhui. Dimana aku hanya bisa diam, melihatmu dari jauh di sudut kamarku dalam kesendirian. Betapa hari-hariku sangat sejuk disaat kau sering menemuiku Dhui, meski bukan untukku. Penuh dengan keinginan yakin dengan dirimu. Betapa semua itu luka kecil di awal perjalanan cintaku padamu.***Bintang kecil, di langit yang biruAmat banyak menghias angkasaAku ingin… 3  Lirih suara gadis kecil riang bertepuk gembira menikmati kasih bundanya yangn ramah baik budi pekertinya. Nak, kini kau akan menginjak usia yng lebih. Kau akan mengenal banyak hal, kau akan tahu banyak hal.  Disaat kau menemui jalan buntu, raihlah tangan ibu. `Kan selalu kuraih sajadah untuk sujud pada-Nya, kulantunkan doa agar kau temui jalan terang.Bu, kini tak selalu kausuapi aku. Kini kujaih darimu ketika kuharus mendapat secuil ilmu yang akan tentukan masa depanku. Aku merindumu, Bu. Aku ingin selalu raih tanganmu di hari-hari ku. Saat dewasa, cintapun mulai terbagi.          Hari demi waktu yang terus bergulir, tahun terus berganti. Lama sudah kudapatkan kasihmu, Dhui. Aya tak dapat ungkapkan bahagia ini. Saat kau ucap sahabat, hatiku bungah, ketika kau ungakp soal kekasih hati, hatiku tenang. Saat kau bicara masa depan, damai dalam auraku muncul. Dhui, betapa kuingin terus memelukmu dalam temaramku. Bicara soal cinta, `bagaimana cinta?`di tiap hembusan nafas, saat pejamkan mata, kala embun menetes tiap fajar, ketika itulah terlintas Dhui. Dalam benak, angan dan harapan, ketika malam terlelap dengan buaian mimpa… engkau bermanja kasih menemaniku. Mencintai bukanlah bagaimana kamu melupakan, melainkan bagaimana kamu memaafkan. Kisah sedih, haru, duka, lara, suka, senang, terhias di bibirmu yang selalu kuperhatikan.  Ku terdiam menyimaknya laksana seorang bocah TK yang memperhatikan cerita gurunya tentang kearifan seorang pangeran. Kuuntai tiap kata yang kau ujar dihatiku. Kumaknakan hingga tiada tergores dan tertinggal sedikitpun kurenungkan hingga fajar kembali menjelang. Kuluruskan kembali saat kau tanyakan. Kuberikan sinar arti dari tiap hal yang kau alami. Entah!benar atau salah sekuat angan telah kuusahakan. Mencintai bukanlah bagaimana kamu mendengarkan, melainkan bagaimana kamu mengerti. Dhui, kutahu kau bukan untukku. Tiap kali kau mentapku bukanlah aku ini yang terlintas dalam khayalmu. Kulihat hanya ada dia pujaan hatimu yang terpilih di hati. Awet 4 sekali kau membingkiskannya di jantung hatimu. Hancur, jauh dari harapanku. Namu, mencintai bukanlah apa yang kamu lihat melainkan apa yang kamu rasakan. Untaian kata dalam puisi Rasa Lalu 5  yang kurajut, kau sudah cuckup memahaminya Dhui. Berniat aku lupaknamu, menghapus jejak-jejak hidupmu dalam banyangku. Hasrat kuat ingin lepaskanmu dari tidurku. Muak oleh apa yang terjadi, kenapa aku mengenalmu?Kenapa aku memperhatikan kisah ceritamu? Kau telah paham dengan segala ucapku dengan keluguan yang bodoh, `kalau Dhui bahagia, aku turut senang`. Hatimu tenang sebening embun tanpa khawatirkanku. Aku jadi lebih jauhh melihatmu. Ingin aku tidak akan mengenalmu lagi selamanya. Ingin aku terinfeksi penyakit khusus untuk menghapus nama dan segala memory tentangmu di hidupku. Tapi sulit temukan hal itu. Hal yang penting ialah mencintai bukanlah bagaimana kamu melepaskan, melainkan kamu bertahan. Semangat juangku tentang cinta yang tak jarang kau ujar ,, temukan cinta sejati dalam hati seorang kekasih”. 

I Miss You Tonight….

Saturday 25, September

Berjuta tanya dalam angan kembali muncul aku sungguh penasaran dengan ceritanya. Tahukan yang sedang marak-maraknya sekarang soal buku? Memoirs of Geisha 6, aku belum tuntas membacanya. Sepanjang yang sudah kunikmati, kuhanya diiming-iming kimono 7  indah dengan berbagai motif dan warna yang meneyejukkan mata lelaki yang melihatnya. Aku bermanja dengan busana itu di langit dalam khayalku. Tapi tetepp.. aku sedikit bangga. Dulu pernah ada pengalaman memakaiyang dipakaiakan oleh sensei 9  sewaktu masih rajin belajar bahasa Jepun. Subhanallhah…, yach maklumlah yang namanya keinginan. Waktu itu rasanya aku tak mau melepasnya, meski kutahu kenikmatan dunia tak kekal. Pagi ini mentari tiada tampak, fajar sekali kurasakan. Di ujung sana terlihat langit cerah, tetapi di atas ruang kos langit mendung. Pohon yang kusuka itu, ia masih berdiri disitu. Ya Rabb…, kurasakan bayu begitu lembut membelai dedaunan pagi ini, meski di kota kicau burung masih bisa kudengar. Sedang di luar sana ramai kota dengan suara kendaraan sayup-sayup terlantun. Orang lalu lalang, aku masih duduk diam disini, di sudut ruang kosku dimana kutak bosan memandang pohon besar itu. Pohon itu tetap kokoh seperti biasanya. Kadang aku ditemani Lupin 10 Aya merindukan kehangatan keluarga pagi ini. Tiada lama kuingin beranjak, mentari tiba dengan silaunya. Sinarmu lembut menyentuh tubuh ini. Tok… tok… sentuhan sepasang sepatu secara bergantian yang menyapa aspal padat.Terik menembus semua sudut ruang. Debu jalanan mengganggu arah pulang.Kampus Aya hari ini membosankan. Meski tak adil dikatakan hal itu. Bukan kampus Aya yang membosankan, hanya perasaan yang dilanda kejenuhan atas hal-hal yang sama di tiap harinya. Arah kembali ke kos `is not so far`. Walaupun hanya butuh waktu beberapa menit saja, angan Aya entah melayang jauh kemana. Aku ini Aya, gadis yang jarang berhenti dalam angan. Benakku sering bekerja keras. Kejadian kecil atau perkataan yang sudah klasik malah bisa menjadi sumber inspirasiku. Biasnaya kutululis di sobekan kertas usang yang terbuang, tak dipakai lagi oleh pemiliknya. Tapi kertas usang itu menjadi penting bagiku bila ada kisah kecil yang kutulis. Oohh.. arahku pulang terasa lama karena khayalku yang selalu terbang jauh. Aya ingin berhenti, ingin menggapainya. Aku mnyebutnya `Tukang Aspal` 

Pak Tukang Aspal 

Di bawah teriknya sinar siang, begitu panas begitu silau. Khayalku pecah saat aku menyadari bahwa di sekelilingku banyak pekerja aspal. Sudah istirahatkah mereka? Atau sedang menahan dahaga dengan perut yang keroncongan terus bertahan demi menyelesaikan tugas dengan penuh tanggung jawab?          Aku tidak punya santun. Tanpa tegur sapa aku lewat begitu saja. Di kiri jalan, seorang bapak menggali aspal, entah mau mengganti pipa selokan atau memperbaiki bagian yang sudah tak layak. Yang jelas ia tak peduli dengan keberadaanku yang tak santun sapa. Mungkin hatinya bicara Don`t know, Don`t care! Ia tetap memukuli tanah yang beraspal sambil musyawarah dengan bapak-bapak lain membicarakan yang mereka kerjakan. Beberapa langkah aku maju ke depan, pak tua menyiramkan cairan aspal pada tanah yang sudah berkrikil. Sementara ada mas-mas yang masih muda menggruki taburan aspal kering dari truk ditumpahkan ke tanah yang akan disiram cairan aspal.Mereka bekerja sekuat tenaga. Meski banyak orang lain berkeluh kesah atas hasil kerja mereka saat melewati jalanan yang berlubang. Semoga uang pajak yang ada cukup untuk memberi upah yang lebih untuk mereka.           Aya mulai masuk ke jalanan aspal yang lebih rendah dari jalan utama. Itu artinya Aya telah melewati pagar putih di depan yang suka dibuat ayunan bersama mbak-mbak kos. Sebentar lagi pagar hijau berupa garasi dengan mobil Taruna terlihat. Aya harus menaiki tangga untuk menuju ruang sunyiku. Pagi yang membosankan, siang yang panas, suasana sore mengharukan, malam gelap hanya ada sinar-sinar imut di luasnya langit malam. Kutoreh lagi tintaku pada kertas usang. Kurajut kembali huruf per huruf agar menjadi rangkaian hatiku yang sunyi. Perihku. Malam tetaplah malam dengan gelapnya. Jalan yang kulalui sepi. Bukan karena malam telah larut melainkan hujan yang habis melanda. Suasana tenang. Tiada hiruk pikuk motor yang lewat. Hanya tik.. tok.. suara sanadal kembali terdengar. Sesekali bunyi crik.. crik.. suara sandal yang terhalang air hujan menytuih aspal. Malam sesunyi dirikuLelah menanti kabarBosan melanda semua halHaru.. tangis.. duka.. lara.. semua bisa menurunkan air mata Embun saat fajar tiba menetes selembut kabut yang menemaniAir mata jatuh ke permukaanAsap mengepulKabut menghalang pandangAlam sangat tenag hingga damai tiada suara Namun air tetap mengalir, hidup harus terus berjalan… *** Muak karena hadirmu dalam malamku. Ingin lari ke ujung dunia untuk melupakanmu. Betapa rasa rindu yang mengebu di kalbu tak dapat dibendung. Inginku beranjak petgi jauhhhhhhhhh………. Dari kebisingan suara motor dan tombol klakson yang sering berbunyi thin thin!! Suasana hati yang kacau tak terkendali dengan suara-suara ramai itu. Tak boleh ada rindu yang begitu kuat selain terhadap_Nya.Malam telah mengalir dalam waktu. Sunyipun menjalar menapakkan jejak. Kupandang hati dari sudut malam. Menyandang kesuniyan bagaikan malam. Tiada rasa indah pada purnama. Hanyalah sunyi pada diri yang tersisa. Kemanakah `kan kupahami? Sepercik api bagi gelapku, setetes embun bagi terikku. Biarlah hati menapak tiada arah sampai kutemui sandaran kasih. Biarpun ada cahya bermain mata, dengan kilaunya hamparan bintang.. tapi here i am. Bermain pedih dengan sepiku. Dan kini kutanya malam yang tiada suara. Berapa waktu aku menghitung?  Malam akan menangis sunyi samapai hati terbuai akan sepercik api dan stetes embun. Letto kan bilang `tetap semangat .. kuatkan hati …. sampai nanti`. Meski kadang kau ujar juga betapa kau inginkan untuk datang demi bersamaku, untuk menggapaiku. Tak jarang pula kau nyatakan bahwa betapa besarnya rasa ingin tahumu tentanngku waktu ini. Hiasilah malammu dengan kerinduanmu padaku Dhui.. Aya sangat menikmati hal ini. Rindu yang tiada ujung, dan Aya lebih tenag berdiam diri dengan buku-bukuku, bermain lagu dengan alat tulisku. Aya lebih suka disini, saat buku-buku itu berantakan (mereka senang karena berguna). Mereka menjadi super hero soal pengetahuan. Aku lebih suka bermain dengan Lupin daripada bergumam dengan televisi yang jarang bisa hibur aku. Aya lebih suka putar radio SW yang bahasanya kadang sulit dimengerti karena chanelnya yang menyeluruh dari penjuru dunia. Namun dengan radio itu pula Aya tahu perkembangan dunia yang terjadi di segala bidang. Aya belajar mendengarkan dengan rajin saat siaran Bahasa Inggris dan Jepang. Sehingga bisa belajar dari situ. Daripada lihat sinetron yang nggak mendidik. ** Dhui dalam lamunannya jarang ingat bagaimana tentang Aya. Terakhir bertemu Aya adalah saat pengambilan nilai terakhir di sekolah. Saat itu sama sekali Aya tak menduga bahawa Dhui akan datang. Bertahun lamanya kaki Dhiu lupa untuk menyapa rumah Aya. Ketika itu pula menjadi kesedihan saat Dhui menunjukkan sandaran hatinya. Ada sedikit kekecewaan namun tak mendalam. Karena Aya telah bersama orang lain. Tapi tetap saja Dhui selalu menemani lelap Aya setiap malam. Kekecewaan hatiku muncul dan berkata, `yachh.. ternyata ada juga yang menemani hatinya. Mungkin tak akan ada ruang waktu dalam angannya untukku. Aku sulit melupakanmu dalam khayalku. Samar-samar kutemui sosokmu dalam benak dan tidurku. Sedikit sesal terjadi. Kusiakan kau sewaktu kusanding dirimu, sewaktu aku sering datang padamu. Pada masa-masa itu kau selalu membuat kenangan, hanya kau yang rasakan dan nikmatinya dalam kesendirian. Aku sering katakan `kenapa tidak bilang? ` Dhui Dhui! Nama lengkapku aja kau tak ingat. Apalagi menggambarkanku dalam benakmu? ! aku juga sering bilang kan Dhui, `kalau kau bahagia aku turut senang. Memang hal itu bodoh. Dhui benar-benar menemukan yang terdalam. Ingin kujaga selamanya dan kuraih dirimu. Semua akan kutaruhkan demimu. Ya`,.. aku akan dating untuk memintamu. Aku yakin aku telah menemukanmu dalam temaram gelap hatiku. Saatnya bersua nanti, masihkah kudapatkan setiamu Aya? *** Kokoro kara, … kimi ni stutaetai 11 … na .. na.. gumam Aya dengan lantunan yang lirih. ”eh, Mas Word 12. Lho mas, jangan cari kesempatan, bukan mahramnya! Cubit pipi lagi!” ”salah siapa pipi jadi tembem gitu?”   Dhui, bagaimana jika kita tak bisa bersatu? Bagaimana kalau akhirnya kita sebelum ada pertemuan kita berpisah di awal? Kukatakan, aku meragukanmu, aku takut kalau kita takkan bersatu. Aku berniat melepasmu. Ada sosok lain yang inginkanku hatiku tersayat perih saat kau ucap ”kalau itu membuatmu bahagia, it`s OK akhiri saja. Tapi ingat, ku kan datang dengan kemarahan jika ia melukaimu”. Hatiku perih terluka, hatiku tak dapat lupakanmu Dhui. Aya terima dia, karena ia beri harapan yang senangkan hati bundaku, Dhui.Meski akhirnya buruk, dan iapun tak terhempas dari buaian perempuannya yang cerdas itu. Hal yang pernah kau ucapkan, kuutarakan padanya Dhui. Ya udah, akhiri saja. Aku juga tak dapat hempaskanmu Dhui. Tersayat lagi hatiku selama bersamanya, perih kuuntai sepanjang tiada kudapat perhatian sucimu.Kutakut dalam nyata Dhui. Kusujud pada Nya, syukur kurajut ketika kau ijinkan kembali menghiasi temarammu. Kukatakan pada jasadku dan jiwaku ini bahwa meninggalkanmu ialah hal bodoh yang pernah kulakukan padamu Dhui. Subhanallah, hari demi hari semakin menyempit. Semakin sempit jurang yang menjauhkan kita. Jarak pandang mulai menyusut. Getaran hatiku menguat ketika ketika kau menjemputku. Enggan kutemui karena takut. Kalut hatiku karena takut. Waktu yang panjang, sua yang begitu terasa damai. Kutluis kembali rangkaian hatiku yang mulai terselimuti dedaunan yang menghijau kala musim semi tiba. Bunga  merekah di hatiku. Segala hal jadi menyenangkan di mata hatiku.  Awal kulihatwajah kuyu, mata sayu. Senyum lirih yang cenderung duka terhembus lewat mulut tiada bergigi. Sebagian gigi runtuh karena renta usia melanda. Buliran-buliran embun murni mengalir dari kelopak matanya yang tak lagi secerah tempo hari. Nak, aku tersedu seharian, aku merasa hampa lagi. Baru kemarin kau datang, padahal kini engkau menyanding tubuh ini lagi. Baru tempo hari pamanmu pulang, gelak tawa keluh kesah cucu-cucuku kudengar. Kini tiada lagi yang kucaci, tiada lagi yang kucumbu, tiada lagi yang mengeluarkan tawaku. Nak, kau sudah dewasa. Hiasi hariku dengan sentuhmu. Mereka saudaramu yang jauh telah kembali ke peraduannya, kembali singgah ke gubug kota masing-masing. Astagfirullah … Ya 4LL1 l subhanallahu wata`ala, baru kali ini awal kulihat kesedihan yang beitu sayat. Tangis yang merobek perih, bagai guyuran deras telah lama memendam selama kemarau tiba. Kubaru menyadari bahwa nenek juga teraniaya sunyi. Selama ini ia tak pernah tunjukkan sunyinya. Kulit yang layu, kusut. Tangannya yang kokoh kini enggan menyentuh barang-barang. Dulu kakinya lincah memutar roda  sepeda kini lemah berjalan. Aku jadi berfikir, pada saat seperti itu nanti, apakah kau masih temaniku Dhui??*** Awal kulihat kau kembali lagi hadir di sudut ruang rumah ini. Awal kulihat senyum yang tenangkan hatiku. Awal aku cerita segala hal lagi. Awal kuungkap segala keadaan hati rasaku tentangmu. Dulu kau tak sempat tanyakan apakah ku mencintaimu? Dan sekarang sering kau tanyakan, kenapa aku nggak sadar dari dulu?? Awal kutakut akan hadirmu, kenapa aku sempat berpaling untuk melukaimu?Hal paling utama ialah karena orang yang terpenting dalam hidupku, yang melahirkanku segera menginginkan aku pnuya teman hidup yang bisa mencukupi kebutuhan hidupku. Ada Dae yang memberi harapan indah tentang hal itu semua. Dae sangat menyanjungku, sangat menghargai aku sebagai wanita. Ia sempat jadi pelindungku saat aku butuhkan hal itu. Hanya hal kecil yang menjadikan kami bisa menyatu, bukan hal penting. Menurutnya cewek adalah suatu hal yang begitu indah, harus dijaga dan dimanja, cewek terlalu indah baginya. Tak hal bisa menandingi hal itu. Gadis penjual bunga, cewek yang rambutnya dikepang, kenakan rok panjang jatuh yang menjuntai membuat anggun sehingga sangat pantas untuk dikagumi dan dijaga. Dia mengisi hari-hariku yang sepi tanpamu. Tak banyak kata yang kurajut untuknya. Tak banyak pula kuraih dirinya dalam malamku. Hanya sesekali ia hadir tanpa kuharap. Awal kulihat raut keheranan di parasmu itu kenapa aku sempat untuknya? Kuhanya bisa tawarkan tawa heran padamu. Dhui, ungkaplah semua angan kita, ujarlah syair-syair yang menyejukkan. Aku tak ingin kenangan kita terhenti. Sekarang kau ikut menikmati kenangan ini. Dulu kau biarkan aku sendiri memendam kenangan yang ada. Namun terucap dari ruang pikrimu tegas mengutarakan, masa lalu akan menjadi semangat untuk sekarang dan masa depan. Biarlah dibawa sang bayu, biarkan terhempas lewat badai salju. Petik yang berati, lepas yang menyakiti. Dhui, meski kau bilang tak lagi seromantis dan sepuitis ketika masih suka bergulat dengan pena dan tumpukan kertas, tutur katamu menyemaikan benih-benih bening di ruang jiwaku. Kau aliri aku dengan goresan melalui sinyal yang menyapaku.*** Awal kulihat awan putih dan langit biru sedekat ini. Awal kuliah begitu dekat semua ini. Tepat pukul 08.00 WIB, Garuda Airlines beranjak dari bandara Soekarno Hatta. Impian bertahun-tahun selama hidupku. Cita-cita yang terus-menerus kuimpikan. Pesawat yang kutumpangi menuju ke salah satu bandara di Tokyo. ”Irrashaimase…” 13 terdengar ucapan ramah kepada semua penumpang. Awal kulihat daratan Jepang, awal kuinginkan kakiku di jalanan aspal Jepang. Awal kuhirup udara di Jepang. Beserta beberapa orang rombongan dari Indonesia yang memenangkan lomba tulis esai tentang Jepang, aku dam penumpang lain mennuju hotel yang sudah disediakan oleh biro perjalanan kami. Malam hari kami disibukkan     

1 bungah       : senang

2 lagu yang dinyanyikan oleh Febi Febiola

3 lagu anak-anak yang berjudul `bintang kecil`

4 awet dari bahasa Jawa artinya bertahan, lama, tak tergantikan

5 baca dalam puisi `rasa lalu` di folder puisi 

6 salah satu judul buku memoer yang mengisahkan   tentang perjalanan seorang geisha

7 baju tradisional Jepang

8 kimono yang hanya satu lapis, biasanya digunakan saat musim panas

9 sensei : guru atau orang yang ditinggikan

10 ingin tahu siapa lupin, baca di cerita `loe-pinku`!

11 Ost. Dorama Kamisama

12 ada di cerita Ms. Word

13 bahasa Jepang, artinya selamat datang    

1 Komentar (+add yours?)

  1. abuhaedar
    Mar 28, 2008 @ 02:47:12

    te hidalu ada saran te,
    untuk tiap tulisan baiknya di beri ‘tag’ te,
    bial olang-olang pada gampang nyali di gugel atau wodples…
    tuh khan, font tulisan belom di samain..
    pake sing kemalin itu lho te ‘Calibli’….

    Balas

Tinggalkan komentar